Mengapa Gaya Hidup Minimalis Menjadi Trend di Indonesia?
Tren gaya hidup minimalis telah merasuk dalam masyarakat Indonesia. Kini, konsep sederhana, "kurang lebih, lebih," telah menjadi mantra bagi generasi muda urban. "Orang-orang mulai sadar bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari benda material, tetapi lebih kepada kualitas hidup dan hubungan dengan orang lain," begitu kata psikolog dan peneliti konsumen, Dr. Rina Astini.
Dalam gaya hidup minimalis, disarankan untuk memiliki sedikit barang yang memiliki nilai dan fungsi tinggi. Pada akhirnya bukan berarti tidak boleh membeli barang baru, tetapi pembelian tersebut harus dipertimbangkan dengan matang dan benar-benar dibutuhkan. Asyik kan, gaes?
Membangun Respons Terhadap Konsumerisme melalui Adopsi Gaya Hidup Minimalis
Konsumerisme, dengan dorongan kuatnya untuk membeli dan memiliki, telah membawa dampak negatif bagi lingkungan dan kesejahteraan manusia. Untuk memerangi hal ini, masyarakat Indonesia mulai membangun respons berupa adopsi gaya hidup minimalis. Ekonom dan penulis terkenal, Dr. Surya Tjandra menjelaskan, "Adopsi gaya hidup minimalis menjadi respons yang baik terhadap konsumerisme, karena membantu orang untuk hidup lebih berkesadaran dan bertanggung jawab."
Dengan gaya hidup minimalis, seseorang dikendalikan bukan oleh barang yang dimilikinya, tapi oleh kebutuhan dan nilai-nilainya. Fenomena ini juga mengundang kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Misalnya, dengan mengurangi pembelian yang berlebihan, kita bisa turut mengurangi produksi sampah dan pencemaran lingkungan. Keren, bukan?
Di akhir, adopsi gaya hidup minimalis bukanlah tentang pengorbanan, melainkan tentang bagaimana kita bisa hidup lebih sempurna dengan lebih sedikit. "Kita tidak perlu memiliki segalanya untuk menikmati hidup, cukup dengan apa yang penting dan berarti bagi kita," penutup dari Dr. Rina Astini. So, gimana nih, siap mencoba gaya hidup minimalis?