Memahami Ketimpangan Akses Kesehatan: Konteks Perkotaan dan Pedesaan

Dalam konteks Indonesia, ketimpangan akses kesehatan antara wilayah perkotaan dan pedesaan sangat mencolok. Menurut Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, “Kurang lebih 90% fasilitas kesehatan berada di area perkotaan, sementara populasi di pedesaan yang memerlukan layanan tersebut justru lebih tinggi”. Ketimpangan ini terjadi karena sebagian besar tenaga medis lebih memilih bekerja di wilayah perkotaan. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menyediakan akses kesehatan yang merata.

Kondisi di pedesaan juga lebih sulit. Infrastruktur yang kurang hack slot memadai, jarak yang jauh, dan kurangnya tenaga kesehatan menjadi beberapa faktor penghambat akses kesehatan. Pasien seringkali harus melakukan perjalanan berjam-jam hanya untuk mendapatkan perawatan dasar. Tentu saja, situasi ini menempatkan penduduk pedesaan dalam posisi yang sangat rentan, terutama dalam situasi krisis kesehatan seperti pandemi COVID-19.

Mengatasi Hambatan dalam Pengembangan Akses Kesehatan di Pedesaan dan Perkotaan

Untuk mengatasi ketimpangan ini, pemerintah perlu melakukan sejumlah langkah strategis. Pertama, peningkatan ketersediaan tenaga kesehatan di pedesaan. Menurut Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, “Pemerintah perlu membuat kebijakan yang menguntungkan bagi tenaga kesehatan yang mau bekerja di pedesaan, seperti insentif dan fasilitas pendukung lainnya”.

Selain itu, pemerintah juga perlu memperbaiki infrastruktur di pedesaan, termasuk akses jalan dan transportasi ke fasilitas kesehatan. Peningkatan teknologi telemedicine juga dapat membantu akses kesehatan di daerah terpencil. Masyarakat di pedesaan dapat berkonsultasi dengan dokter tanpa harus melakukan perjalanan jauh. Selain itu, program edukasi kesehatan juga sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan mereka.

Di sisi lain, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di perkotaan juga penting. Meskipun fasilitas kesehatan lebih banyak, namun masalah seperti penumpukan pasien dan waktu tunggu yang lama masih sering terjadi. Peningkatan efisiensi layanan, seperti sistem antrian online dan pembagian jadwal pasien dapat membantu mengatasi masalah ini.

Dalam upaya mengatasi ketimpangan akses kesehatan, kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat dibutuhkan. Setiap pihak harus berkontribusi untuk menciptakan sistem kesehatan yang merata dan inklusif, baik di perkotaan maupun pedesaan. Ketimpangan akses kesehatan bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah kita semua.