Mengenal Lebih Dekat Fenomena Konsumtif di Indonesia Modern
Fenomena konsumtif, sebuah tren yang tak asing lagi di Indonesia modern. Kata ‘konsumtif’ dalam konteks ini merujuk pada kebiasaan membelanjakan uang untuk memuaskan keinginan, bukan kebutuhan. "Itu adalah kebiasaan yang sudah menjadi budaya, terutama di perkotaan," ujar Dr. Rina Sulistyowati, seorang ahli ekonomi dari Universitas Gadjah Mada. Dalam laporannya, Sulistyowati menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda.
Pertumbuhan internet dan media sosial berkontribusi besar pada peningkatan konsumtif ini. "Media sosial berperan penting dalam mempengaruhi pola konsumsi, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terpapar," tambah Sulistyowati. Mereka yang kerap menghabiskan waktu di media sosial cenderung lebih konsumtif karena dipengaruhi oleh tren dan gaya hidup yang ditampilkan. Tak hanya itu, kemudahan dalam berbelanja online juga semakin mempercepat laju konsumtif.
Setelah Memahami, Perlukah Kita Khawatir dengan Fenomena Konsumtif?
Setelah memahami, wajar jika timbul pertanyaan, perlukah kita khawatir dengan tren konsumtif ini? Menurut Sulistyowati, ada beberapa alasan untuk khawatir. "Konsumtif dapat menyebabkan masalah finansial jika tidak dikendalikan dengan baik," ungkapnya. Selain itu, tren ini juga berpotensi untuk meningkatkan kesenjangan sosial. Mereka yang mampu mengikuti tren konsumtif dapat menikmati gaya hidup mewah, sementara yang tidak, dapat merasa tertekan.
Namun, tidak semua aspek konsumtif perlu dikhawatirkan. "Konsumtif juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Dr. Dwi Budi Santoso, ekonom dari Universitas Indonesia. Menurut Santoso, peningkatan konsumsi dapat mendorong produksi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, perlu diingat bahwa konsumsi harus seimbang dengan produksi.
Dalam konteks ini, yang perlu ditekankan adalah pentingnya konsumsi yang bijaksana. "Pola konsumsi yang sehat adalah konsumsi yang berorientasi pada kebutuhan, bukan keinginan," tandas Sulistyowati. Santoso juga menambahkan, "Selain itu, penting untuk memiliki literasi finansial yang baik untuk mengelola keuangan dengan bijaksana."
Jadi, jawabannya adalah ya, kita perlu khawatir, tapi juga perlu melakukan tindakan. Tidak cukup hanya merasa khawatir, orang-orang juga perlu belajar bagaimana mengelola keuangan serta memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian, kita dapat mengendalikan konsumsi dan memastikan bahwa konsumtif tidak berubah menjadi konsumenisme berlebihan yang bisa merusak stabilitas ekonomi dan kehidupan sosial.